Lampung17.com (SMSI) Lampung Selatan – Rencana pelaksanaan tradisi sedekah bumi di Dusun Satu, Desa Margo Agung, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, menuai kontroversi di tengah masyarakat. Penyebabnya, warga merasa dipaksa memberikan sumbangan dalam bentuk gabah atau uang tanpa adanya musyawarah terlebih dahulu.
Setiap kepala keluarga (KK) diwajibkan menyerahkan 30 kg gabah atau membayar uang tunai sebesar Rp180.000. Dengan jumlah sekitar 700 KK, maka diperkirakan total pungutan mencapai Rp126 juta.
Kepala Desa Margo Agung, Harno, mengakui adanya rencana kegiatan tersebut dan menyatakan bahwa pihak desa akan segera melakukan musyawarah kecil dengan masyarakat.
“Saya baru tahu rencana ini semalam. Kegiatannya akan dilakukan pada bulan Juni mendatang bertepatan dengan bulan haji. Kami akan bahas ini dalam musyawarah kecil,” ungkap Harno saat dikonfirmasi, Sabtu (26/4/2025).
Namun, pernyataan tersebut berseberangan dengan pengakuan warga. Salah satu warga menyebutkan bahwa informasi mengenai pungutan sudah beredar luas di grup WhatsApp RT sejak beberapa hari lalu.
“Tidak ada musyawarah sebelumnya. Tiba-tiba diumumkan bahwa hari Minggu, 4 Mei, warga diminta menyetor gabah atau uang. Kami tidak setuju dengan cara seperti ini,” ujarnya.
Banyak warga merasa kecewa karena kegiatan yang disebut sebagai tradisi itu dinilai sarat kepentingan dan tidak melibatkan persetujuan bersama. Mereka bahkan menilai kegiatan tahunan ini lebih mirip sebagai ajang pungutan liar daripada bentuk kebersamaan.
“Sedekah itu seharusnya sukarela. Kalau dipatok dan dipaksa seperti ini, ya itu bukan sedekah namanya. Kami merasa dikriminalisasi oleh kebijakan aparat dusun,” ujar warga lainnya.
Masyarakat berharap pemerintah desa bisa mengevaluasi dan menertibkan aparat yang diduga menyalahgunakan wewenang. Selain itu, mereka menuntut transparansi dalam setiap kegiatan yang melibatkan dana atau kontribusi dari warga.(*)
