YOGYAKARTA, GUNUNGKIDUL, LAMPUNG17.COM (SMSI) – Gunungkidul kembali mempertegas julukannya sebagai surga gua di Indonesia. Sebuah gua baru bernama Gua Parhelion Nglampar ditemukan di Padukuhan Nglegok, Kalurahan Giritirto, Kapanewon Purwosari, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 4 Mei 2025.
Penemuan ini berawal dari kegiatan normalisasi jalan lingkungan oleh warga setempat yang secara tidak sengaja membuka mulut gua kecil yang tertutup semak dan batuan. Warga yang awalnya enggan melanjutkan penelusuran karena medannya yang terjal dan mulut gua yang sempit, memutuskan menutupnya kembali untuk alasan keamanan.
Namun, seminggu berselang, kabar tentang gua tersebut sampai ke telinga para mahasiswa dan dosen dari Jurusan Geografi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang sedang menjalankan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di wilayah itu. Dipimpin Dr. Cahyadi Setiawan S.Si., M.Si., tim akademik ini bersama warga dan Kepala Dukuh Nglegok melakukan eksplorasi pada 15 Mei 2025, di hari terakhir pelaksanaan PKL.
“Eksplorasi ini berawal dari rasa ingin tahu dan semangat warga serta mahasiswa. Kami pun ikut menyusurinya dengan peralatan sederhana,” ujar Dr. Cahyadi.
Gua ini kemudian diberi nama Parhelion Nglampar—mengambil istilah meteorologi parhelion yang menggambarkan fenomena cahaya, sebagai simbol sinergi dalam mengungkap keindahan tersembunyi alam Nglegok.
Gua Parhelion Nglampar merupakan gua tipe horizontal-vertikal dengan kedalaman sekitar 10 meter. Lorong-lorongnya sempit dan aksesnya cukup curam, namun di dalamnya terdapat kekayaan geologis seperti stalaktit, stalakmit, gourdam, flowstone, straw, hingga draperies yang menunjukkan proses geologis ribuan tahun.
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan dengan peralatan terbatas itu menghasilkan pemetaan sederhana, dan hasilnya dipresentasikan kepada warga pada malam harinya di Balai Kalurahan Giritirto. Presentasi ini turut dihadiri Lurah dan para dukuh se-Giritirto.
Lurah Giritirto menyampaikan apresiasi atas inisiatif kolaboratif ini. “Kami bersyukur semua proses berjalan lancar. Ini bisa jadi titik awal pengembangan potensi wisata edukasi dan konservasi di wilayah kami,” ujarnya.
Penemuan ini menambah daftar panjang potensi wisata karst Gunungkidul, sekaligus membuka peluang baru bagi pengembangan ekowisata dan kajian ilmiah lebih lanjut. (*)