Lampung17.com (SMSI) Bandar Lampung -Rencana Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, membangun kereta gantung senilai Rp2,5 triliun di area rumah dinas wali kota dengan menggandeng investor asal Tiongkok disambut dengan gelombang amarah publik. Warga menilai langkah itu sebagai bentuk nyata dari kepemimpinan yang kehilangan arah dan jauh dari kebutuhan rakyat.
Di media sosial, kritik membanjir tanpa ampun. Warga menyebut proyek ini tidak lebih dari “mimpi kosong penguasa” yang justru menyakiti logika publik di tengah tumpukan masalah yang belum terselesaikan. Dari banjir yang terus berulang, jalan berlubang bak kubangan, hingga sampah yang menumpuk di sudut kota—semua jadi bahan perbandingan pedas terhadap proyek “kereta gantung elite” tersebut.
Tak sedikit warga menyebut proyek ini sebagai bentuk “pencitraan mewah” yang memuakkan. “Rp2,5 triliun cuma buat mainan di rumah dinas? Rakyat disuruh sabar tiap hujan air masuk rumah. Ini bukan pemimpin, ini penguasa yang lupa daratan,” kata akun Instagram @naka_kyotaru
Kekesalan publik makin membara setelah mencuatnya informasi bahwa proyek ini akan didanai melalui kerja sama dengan investor asing asal Tiongkok. Warga menuding adanya potensi kepentingan terselubung dan menyayangkan minimnya transparansi.
“Investor asing masuk, rakyat cuma jadi penonton. Jangan-jangan Bandar Lampung dijual diam-diam atas nama ‘pembangunan’,” sindir akun @kritikpedaslampung.
Namun publik terus menuntut pembatalan proyek dan meminta DPRD turun tangan mengawasi anggaran serta menelusuri kepentingan di balik kerja sama dengan investor Tiongkok.
Warga juga mulai mengorganisir petisi online dan rencana aksi turun ke jalan jika proyek ini tetap dilanjutkan. Tuntutannya sederhana tapi lantang: “Tolong urus rakyat dulu, baru bicara mimpi di atas kabel!”. (Bal)