BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG17.COM (SMSI) – Sejumlah orang tua siswa jalur Bina Lingkungan (Biling) di SMP Negeri 44 Bandar Lampung mengeluhkan adanya permintaan dari pihak sekolah untuk membeli seragam, pakaian olahraga, serta buku modul pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Keluhan ini mencuat pada Rabu (29/10/2025).
Salah satu wali murid berinisial YL mengaku keberatan dengan permintaan tersebut, mengingat kondisi ekonominya yang pas-pasan.
“Keberatan pak, saya janda dan hanya buruh cuci. Kalau bisa mohon bantuannya agar diberikan keringanan. Karena tanah saja kami ngontrak, dan untuk bayar kontrakan pun saya masih bingung,” ujarnya.
YL menjelaskan bahwa pihak sekolah meminta orang tua siswa untuk membayar tiga jenis seragam, masing-masing untuk pakaian olahraga, muslim, dan batik.
“Bajunya olahraga, muslim, dan batik. Kemarin saya sempat datang ke sekolah untuk menanyakan hal ini. Kalau jalur biling Rp725.000, sementara yang reguler Rp1.200.000,” ucapnya.
Ia juga menyebut sudah memberikan uang muka sebesar Rp200 ribu, dengan rencana melunasi sisanya secara bertahap.
“Kemarin saya sudah DP Rp200 ribu, dan saya bilang ke anak saya sampaikan ke gurunya, sisanya nanti ibu cicil,” tambahnya.
Selain biaya seragam, YL juga mengeluhkan adanya pembayaran untuk modul pembelajaran atau LKS senilai Rp150 ribu.
“Modul ini diwajibkan, dan saya bayar cash. Kata pihak sekolah, pembelajaran harus menggunakan modul. Informasinya setiap enam bulan sekali ganti modul,” katanya.
Pihak Sekolah Benarkan Pembelian Seragam dan Modul
Dikonfirmasi terpisah, Koordinator Bidang Kurikulum SMPN 44 Bandar Lampung, Sukaryati, membenarkan adanya pembayaran untuk seragam sekolah.
“Iya benar, ada tiga style seragam — termasuk topi, dasi, serta tali pinggang. Pembayaran tidak harus kontan, boleh diangsur. Dibilang wajib itu sebenarnya tidak wajib, namun kami juga tidak menjelaskan secara detail hal ini kepada wali murid. Kami tidak pernah memaksa atau menagih harus bayar,” jelasnya.
Terkait modul pembelajaran, Sukaryati menyebut hal tersebut merupakan upaya pihak sekolah dalam membantu proses belajar siswa karena fasilitas buku di sekolah belum lengkap.
“Yang namanya modul itu sarana belajar. Kami ini sekolah baru yang belum punya fasilitas buku lengkap, jadi tidak bisa memberikan buku sekolah untuk dibawa pulang. Karena itu, kami berikan modul dengan harga Rp12.000 per mata pelajaran,” tegasnya.
Menurutnya, modul tersebut berlaku untuk satu semester dan pembayarannya dapat dilakukan secara mencicil selama enam bulan, dengan total 12 mata pelajaran.
“Totalnya ada 12 mata pelajaran, dan pembayaran bisa dicicil enam bulan,” imbuhnya.
Sukaryati juga menegaskan bahwa penyediaan modul dilakukan melalui kerja sama antara pihak sekolah dan percetakan.
“Kami bekerja sama dengan percetakan. Sekolah yang menyediakan bentuk modulnya. Tapi kami tidak pernah memaksa siswa untuk membeli. Yang mau silakan,” pungkasnya. (*)






